Ida Betara dan Ayam Panggang

(Sebuah renungan buat orang Bali)

Alkisah I Made Vario Tekno (dipanggil De Vano) menghaturkan sesaji di pura. Saat itu ada I Wayan Mio Kopling (Yan Miko) dan berkata, “apa Ida Betara suka buah, kue, lawar, ares, sate, ayam panggang, dll?” Ketika melihat sesari, ia bertanya lagi “apakah Betara perlu uang?”.

Diseruduk dengan pertanyaan itu, De Vano kebingungan. Namun belum sempat menyahut, tiba-tiba De Vano dan Yan Miko menghirup wangi dupa sangat harum. Pikirannya melayang ke sebuah tempat yang penuh wangi bunga. Lalu muncul sosok berpakaian putih dengan wajah tak jelas. Sosok itu berkata: “Pertanyaanmu memang benar. Anak muda jaman sekarang memang berfikir fragmatis dan perlu jawaban realistis”.

Begini cucuku: “Apapun yang kau haturkan dengan senang hati dan tulus, maka itulah yang beliau suka. Jika menghaturkan sesuatu yang tidak disuka, maka beliaupun tidak suka”.

“Apakah Ida Betara suka ayam panggang? Tanya balik dirimu!, apakah aku suka ayam panggang? Ketika jawabannya ya, maka Ida Betara pun setuju”.

“Ketika tidak dihaturkan ayam panggang, apakah beliau komplin? Tidak!! Ida Betara bukanlah peminta, beliau adalah pemberi. Beliaulah yang menciptakan ayam panggang itu”.

“Coba kau lihat, setelah dihaturkan apakah ayam panggangmu berkurang? Tidak kan! Semuanya masih utuh, agar kau bisa nikmati kembali. Semua itu adalah simbol bakti, simbol pengharapan, simbol puja puji, simbol ketulusan. Demikian juga dengan “sesari”. Ida Betara tidak perlu uang. Itu adalah simbol ketulusanmu memohon kehadapan Betara agar doa dan pengharapanmu “mesari” berisi dan terkabul.

Betara hanyalah mengukur tingkat ketulusan dalam beryadnya dan berbakti. Jangan pula kawatir dengan semua biaya yang telah kamu keluarkan untuk persembahan. Ida Betara akan menganugrahkan sesuatu yang setimpal. Memang bukan dalam bentuk uang tunai. Bisa jadi dalam bentuk kesenangan, kesehatan, kebahagiaan, kelancaran, atau tersamar dalam bentuk rejeki, dll”.

“Jangan pula bilang bahwa warisan leluhur “rumit”, karena hal itu hanyalah ketidakmampuanmu memahami secara sederhana. Jangan bilang ajaran leluhur “primitif”. Karena ia berasal dari jaman sebelum ada jaman, ia abadi (sanatana dharma). Tetapi ia akan tetap menjadi “jembatan emas” bagi mereka yang memahami kesejatiannya”.

“Ada yang bilang ajaran leluhur tidak “up to date (kekinian)”. Sekali lagi, semua itu adalah ketidakmampuanmu mengadaptasi ajaran itu pada masa kini. “Belum lagi temanmu mengecapnya dengan ajaran yang “boros”. Kita perlu bertanya ulang kepada hati kecil, “apakah ajaran leluhur yang boros atau kita yang kurang iklas?” entahlah”.

Sampai pada kalimat ini, tiba-tiba De Vano dan Yan Miko merasa seperti kesetrum listrik. Mereka tersadar dan mendapatkan dirinya sedang bersandar di tembok pelinggih dengan punggung dikerubuti semut api. Mereka berdua saling toleh. Menyadari ada hal niskala menerpa dirinya, mereka berdua bergegas pulang. Semua sesaji ditinggal.

Meng kuwuk hitam yang sedari tadi tidur-tiduran di bataran pelinggih berkata dalam hatinya ”Beh… setelah mendapatkan wejangan niskala, tiba-tiba saja De Vano menjadi orang yang “lascarya” (tulus iklas), sampai-sampai haturan ayam panggangnya ditinggal. Demikian Meng Kuwuk sambil menyantap ayam panggang itu.

Ampura. Satua puyung saking karang suwung.

Apa Senjata Untuk Hidup Orang Bali?

Senjata orang Bali.

Apa senjata orang Bali ?
” Tiuk puntul bawang anggo pasikepan “

  1. Senjata pertama adalah Tiuk atau pisau.

Tiuk atau pisau adalah lambang Kecerdasan, atau lambang Pikiran.
Tiuk puntul atau pisau tumpul maksudnya, gunakanlah kecerdasan yg tidak melukai orang lain.

Bersikap dan berkata kata yg tidak menyinggung perasaan orang lain.
Berhati hati dlm mengkritik.
Kecerdasan akan gampang menelanjangi kesalahan orang lain, akan gampang mengungkap aib orang lain.
Tapi tidak boleh digunakan untuk hal itu.
Karena kita juga penuh dgn kesalahan dan aib.

Jadi maksud Tiuk Puntul adalah selalu kendalikanlah Pikiran.

  1. Senjata kedua adalah Bawang.

Bawang adalah simbul obat.
Adalah simbul Hati .
Jadilah engkau obat yg sejuk untuk keluarga dan sahabat2.
Berhati lembutlah dgn mereka.
Jadi maksudnya kembangkanlah kecerdasan Hati.

Karena kecerdasan hati itu panjang, bersifat long term. Selalu memperhitungkan segala dampak jangka panjangnya dari segala sisi.

Sedangkan kecerdasan Pikiran itu pendek, bersifat short term attack.
Dan kadang tidak perduli akibatnya.

Inilah dua senjata orang Bali yg ditulis oleh para tetua kita dlm gending yg berjudul
” BIBI ANU “
Yakni

  1. Pikiran yg terkontrol. ( Tiuk puntul ),
  2. Hati yg lembut. ( Bawang ).

Rahajeng semeng.
Singaraja 19.04.023.IB.Sindhu

Aksi Umat Hindu Kota Kendari

Kirab Rukun Bersahabat HAB 77 Kemenag Sultra

Memaknai Lagu “Cakup-Cakup Balang” Yuk Simak!

Cakup Cakup Balang, prinsip dasar grahasta.

Sebagai orang bali kita sering menyanyikan lagu ini.
Terdiri dari 4 bait.
I. Cakup Cakup Balang.
II. Balange Balang Kekekan.
III. Lung Titi, Lung Pengancan.
IV. Tumbuh Gigi Becat Mejalan.

  1. Bait I.
    Cakup adalah gerakan menangkupkan telapak tangan kiri dan kanan. Sikap ini menciptakan keseimbangan energy antara energy masculin feminim, yin yang, purusa pradana, prana apana. Sikap ini simbul kedamaian.
    Hanya orang yg damai hatinya mampu menangkupkan tangan.
    Makanya salam Hindhu adalah menangkupkan tangan di dada.
    Pada lagu ini cakup cakup balang artinya adalah menyatukan bala ( energy ).
    Menyatukan seluruh kekuatan energy pikiran, perasaan, dan cinta dari kedua calon mempelai.
    Ini adalah the first basic step of grahasta principle. Kenapa ?. Sebab perahu bahtera rumah tangga yg akan dibangun bukan untuk berlayar sehari, namun akan mengarungi samudra kehidupan selamanya.
    Makanya leluhur kita menuliskan hal yg sangat penting ini pada bait I.
  2. Bait II.
    Balange Balang Kekekan.
    Kekekan maksudnya tetawa gembira bahagia.
    Jadi seluruh potensi energy mempelai hanya dan hanya ditujukan untuk membangun kebahagiaan bersama.
    Tidak ada tujuan yg lain.
    Seluruh tugas kewajiban rumah tangga hrs disikapi dgn penuh semangat kegembiraan ( kekekan ).
    Dengan berdasar kegembiraan maka masalah rumah tangga sebesar gunung akan menjadi seringan kelingking.
    Its the second basic step of grahasta principle. Bahu membahulah saling menghibur, saling memaafkan, saling menyenangkan.
    Makanya leluhur menuliskan ini pada bait ke II.
  3. Bait III.
    Lung titi, Lung Pengancan.
    Lung titi maksudnya luwung titi. Titi yg bagus. Titi apa ?
    Titi disini maksudnya visi misi.
    Jadi bukan saja negara, organisasi atau perusahan yg memilki visi misi, tapi justru keluargalah yg seharusnya wajib membuat visi misi. Kenapa ?
    Sebab keluarga adalah unit inti terkecil sebagai pusat pendidikan dan pelatihan kehidupan yg akan membentuk karakter suatu bangsa. ( family is a tiny ground of core unit of life training and education to build the nation characters ).
    Tanpa visi misi mau dibawa kemana arah keluarga ini ? .
    Hrs ada penjabaran visi misi berupa road map programe dan work flow yg jelas secara berkala, baik setiap tahun atau setiap 5 thn.
    Berapa rencana buat anak, bagaimana mengatur keuangan, kapan membangun rumah dsb.
    Bagaimana menjaga kesehatan fisik, kesehatan organ reproduksi dan kesehatan buah reproduksi.
    Bagaimana membangun atmosfir keluarga sehingga merupakan tempat yg baik untuk tumbuh kembang anak baik fisik maupun kejiwaannya.

Sedangkan Lung Pengancan maksudnya luwung pengancan. Baik pelaksanaannya.
Artinya visi misi yg bagus hrs diimbangi pelaksanaan yg bagus pula.
Baik suami maupun istri hrs mentaati pelaksanaan penjabaran visi misi tersebut.
Tidak boleh ada dusta diantara kita 😁.
Its the third baic step of Grahasta Principle.

  1. Bait IV.
    Tumbuh Gigi Becat Mejalan.
    Tumbuh gigi maksudnya tumbuh gugu.
    Gugu artinya kepercayaan.
    Jadi setelah lung titi lung pengancan berjalan dgn mulus dlm jangka waktu lima tahunan , barulah tumbuh kepercayaan. Istri percaya kepada suami dan suami percaya kepada istri.
    Kepercayaan adalah tiang pancang utama sebuah Grahasta Asrama.
    Kalau tidak ada kepercayaan maka tinggal tunggu waktu.
    Makanya leluhur kita menulis ini pada bait ke IV
    Jadi memang butuh waktu untuk membangun sebuah kepercayaan.

Becat Mejalan artinya semua cita2 keluarga ini tercapai. Yaitu keluarga yg sehat, sejahtra, bahagia.( Shukinah ).
Kata Becat disini artinya pencapaian itu lebih cepat dari biasanya.

Selamat pagi.
Singaraja (IB. Sindhu) 15,04,2022.

Memaknai Lagu “Semut-Semut Api” Yuk Simak!

Lagu Semut Semut Api

Satu lagi lagu Bali yg sederhana…

  1. Semut Semut Api.
  2. Kije Ambain Mulih.
  3. Tembok Bolong.
  4. Saling Atat, Saling Pentil.
  5. Ketipat Nasi Pasil.
  6. Bene Dong Kaaang Kipe.
  7. Enjok Enjok Cunguh Besil.

Ayo kita telaah bersama per baitnya.

  • Semut Semut Api . Adalah menggambarkan mereka ( sekelompok masyarakat ) yg meradang menyimpan dendam amarah di dalam diri.
  • Kije Ambain Mulih.
    Kemarahan membuat mereka menjadi buta hati tidak tahu jalan pulang. Pulang kemana ?
    Pulang ke rumah sejati yaitu ke pada hati nurani.
    Ke rumah dimana kemurnian obyektifitas bersemayam.
    Kepada rumah kebijaksanaan yg ada di dalam diri.
    Mereka kehilangan rasionalitas.
  • Tembok Bolong.
    Tembok dimaksudkan benteng yg selama ini menjaga hidup kita, telah roboh akibat kemarahan. Tembok tersebut adalah rasa kedamaian, rasa ketenangan, rasa nyaman.
    Begitulah mereka sekelompok masyarakat yg menyimpan amarah dendam akan kehilangan rasa damai dan ketenangan.
  • Saling Atat Saling Pentil.
    Akibatnya kehidupan soaialnya menjadi sensitif, vulnerable, gampang di provokasi, gampang dipicu, gampang diadu domba. Selalu saling hujat, saling hina, saling hoax dsb. Kelompok masyarakat ini menjadi mudah curiga dan parno.
  • Ketipat Nasi Pasil.
    Mereka yg pikirannya tertambat oleh rasa permusuhan, amarah dan dendam tidak bisa lagi berkonsentrasi kepada pekerjaan dan tugas utama kehidupan.
    Sehingga sawah ladang tidak tergarap, hal hasil income keluarga akan berkurang dan anak istri kelaparan.
    Sudah pasti akan jatuh miskin.
  • Bene Dongkang Kipa .
    Bene Dongkang artinya inilah penyebabnya.
    Kipa artinya adalah kaki yg lumpuh bengkak merah meradang.
    Artinya situasi seperti ini membuat kita tidak mampu lagi berjalan cepat untuk mengejar kemajuan suatu masyarakat atau kamajuan bangsa. Artinya kita akan tetap menjadi masyarakat yg mundur, terkebelakang dibanding bangsa2 lain.

Jadi lagu ini memberi pesan penting, janganlah kita gampang untuk dipancing kemarahan, gampang dikotak kotakan, di provokasi dan di adu domba karena hal itu hanya akan membawa kemunduran. Dan akan ada oknum yg memperoleh keuntungan dari kemunduran kita yaitu mereka yg sengaja mengcreate atau menciptakkan pengkotakan permusuhan itu.


Yg untung mereka yg sengaja menciptakan management konflik
Kita sebagai bangsa yg cerdas harus tetap waspada, jangan mudah dibuat menjadi Semut Semut Api.

  • Enjok Enjok Cunguh Besil.
    Enjok Enjok artinya tentu hidup kita menjadi bangsa yg menderita, miskin, bodoh dan sakit sakitan.
    Cunguh Besil artinya wajah wajah kita akan tampak seperti monster karena dipenuhi rasa amarah, kecewa , sakit hati , rasa bersalah dan penderitaan.
    Penyesalan kemudian tidak ada gunanya.

Selamat pagi.
Singaraja 17,04,2022.(IB. Sindhu)

Tertawai Saja

Tertawai saja kata blijul

Banyak orang terjebag dengan irama kehidupan dan sosialnya. Mengejar sesuatu yang harusnya gak perlu dikejar. Kurang santai. Kurang ngebluss. 😁 Jangan jadikan hidup yg bersosial ini sebagai panggung sandiwara.. Jangan juga kau jadikan sirkuit balapan dengan manusia lainnya. 😂 Selow ajah.. Ikuti irama kehidupan.. Senyumin ajah.. Tertawai aja.. Jangan takut tertawa! Karna itu menyehatkanmu 😂

DOSA TERJADI KARENA KITA LUPA MENGHADIRKAN TUHAN DALAM HATI

IJIN MENERUSKAN SMG BERMAMFAAT

“DOSA TERJADI KAREN KITA LUPA MENGHADIRKAN TUHAN DALAM HATI”

Seorang profesor yang Atheis berbicara dalam sebuah kelas fisika.
Profesor: “Apakah TUHAN menciptakan segala yang ada?”
Para mahasiswa: “Betul! Dia pencipta segalanya.”

Profesor: “Jika TUHAN menciptakan segalanya, berarti TUHAN juga menciptakan kejahatan.”
(Semua terdiam dan agak kesulitan menjawab hipotesis profesor itu).
Tiba-tiba suara seorang mahasiswa memecah kesunyian.

Baca pos ini lebih lanjut

Sejarah Hari Raya Nyepi di Indonesia

Om Swastyastu,

Nyepi merupakan Hari Raya Umat Hindu untuk memperingati perayaan Tahun Baru Saka. Yang perhitungannya berdasarkan sasih, atau bulan. Jaruh setiap 360 hari sekali.

Bagi masyarakat Hindu Bali Nyepi identik dengan hari di mana kita tidak keluar rumah seharian, hari di mana kita tidak melakukan pekerjaan apapun seharian, hari tanpa kebisingan, di mana malam harinya sepi dan gelap gulita karena tidak boleh menyalakan lampu, hari yang memberi kesempatan untuk “mulat sarira” (melakukan introspeksi atau kembali ke jati diri) dengan merenung atau meditasi, hari dengan pelaksanaan Catur Brata Penyepian.

Umat Sedharma yang berbahagia, kita merayakan Nyepi setiap tahun, namun apa semua tau bagaimana sejarahnya perayaan Nyepi bisa seperti saat ini? Sumber teksnya ada di kitab apa? Ini tentunya menjadi pertanyaan yang ada di pikiran banyak orang.

Maka dari itu, pada kesempatan ini saya akan mencoba berbagi informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber, semoga bermanfaat, bisa menambah pengetahuan kita tentang Sejarah Hari Raya Nyepi di Indonesia.

Umat sedharma, kita semua tahu bahwa agama Hindu berasal dari India dengan kitab sucinya Weda. Di awal abad masehi bahkan sebelumnya, Negeri India dan wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengalami krisis dan konflik sosial berkepanjangan.

Pertikaian antar suku-suku bangsa, al. (Yaitu Suku Saka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya) menang dan kalah silih berganti. Gelombang perebutan kekuasaan antar suku menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama itu. Pola pembinaan kehidupan beragama menjadi beragam, baik karena kepengikutan umat terhadap kelompok-kelompok suku bangsa, maupun karena adanya penafsiran yang saling berbeda terhadap ajaran yang diyakini.

Dan pertikaian yang panjang pada akhirnya suku Saka menjadi pemenang di bawah pimpinan Raja Kaniskha I yang dinobatkan menjadi Raja dan turunan Saka, tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Saka, pada bulan Maret tahun 78 masehi.

Dari sini dapat diketahui bahwa peringatan pergantian tarikh saka adalah hari keberhasilan kepemimpinan Raja Kaniskha I menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda. Sejak tahun 78 Masehi itulah ditetapkan adanya tarikh atau perhitungan tahun Saka, yang satu tahunnya juga sama-sama memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut Caitramasa, bersamaan dengan bulan Maret tarikh Masehi dan Sasih Kesanga dalam tarikh Jawa dan Bali di Indonesia. Sejak itu pula kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di India ditata ulang.

Oleh karena itu peringatan Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional. Keberhasilan ini disebar-luaskan keseluruh daratan India dan Asia lainnya bahkan sampai ke Indonesia.

Pada abad ke-4 Masehi agama Hindu telah berkembang di Indonesia, sistem penanggalan Saka pun telah berkembang pula di Indonesia.

Itu dibawa oleh seorang pendeta bangsa Saka yang bergelar Aji Saka dari Kshatrapa Gujarat (India) yang mendarat di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 456 Masehi.

Dinyatakan Sang Aji Saka di samping telah berhasil mensosialisasikan peringatan pergantian tahun saka ini, juga berhasil mensosialisasikan aksara Jawa yang merupakan cikal bakal aksara Bali.

Demikianlah awal mula perkembangan Tahun Saka di Indonesia. Pada zaman Majapahit, Tahun Saka benar-benar telah eksis menjadi kalender kerajaan. Di Kerajaan Majapahit pada setiap bulan Caitra (Maret), Tahun Saka diperingati dengan upacara keagamaan. Di alun-alun Majapahit, berkumpul seluruh kepala desa, prajurit, para sarjana, Pendeta dan Sri Baginda Raja. Topik yang dibahas dalam pertemuan itu adalah tentang peningkatan moral masyarakat. Dan mensosialisasikan tentang Pada tahun 456 Masehi (atau Tahun 378 Saka), datang ke Indonesia seorang Pendeta penyebar Agama Hindu yang bernama Aji Saka asal dari Gujarat, India. Beliau mendarat di pantai Rembang (Jawa Tengah) dan mengembangkan Agama Hindu di Jawa.

Ketika Majapahit berkuasa, (abad ke-13 Masehi) Perayaan Tahun Saka pada bulan Caitra ini dijelaskan dalam Kitab Nagara Kartagama oleh Rakawi Prapanca pada Pupuh 8, 12, 85, 86 – 102. Sejak itu Tahun Saka resmi digunakan di Indonesia. Masuknya Agama Hindu ke Bali kemudian disusul oleh penaklukan Bali oleh Majapahit pada abad ke-14 dengan sendirinya membakukan sistem Tahun Saka di Bali hingga sekarang. Di Bali, perayaan Tahun Saka ini dirayakan dengan Hari Raya Nyepi berdasarkan petunjuk Lontar Sundarigama dan Sanghyang Aji Swamandala. Hari Raya Nyepi ini dirayakan pada Sasih Kesanga setiap tahun. Biasanya jatuh pada bulan Maret atau awal bulan April.

Perpaduan budaya (akulturasi) Hindu India dengan kearifan lokal budaya Hindu Indonesia (Bali) dalam perayaan Tahun Baru Saka inilah yang menjadi pelaksanaan Hari Raya Nyepi unik seperti saat ini.

Umat sedarma, demikianlah sejarah hari raya Nyepi yang dirayakan umat Hindu di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Matur Suksma
Om Santi, Santi, Santi, Om.

Makna Banten Saiban Dalam Tradisi Hindu Bali

PERLU DIKETAHUI, MAKNA BANTEN SAIBAN (MEJOTAN) DALAM TRADISI HINDU DI BALI
Om, Swastiastu, Om. Mohon dishare apabila bermanfaat.

Mesaiban / Mejotan biasanya dilakukan setelah selesai memasak atau sebelum menikmati makanan. Dan sebaiknya memang mesaiban dahulu, baru makan. Seperti yang dikutip Bhagawadgita(percakapan ke-3, sloka 13) yaitu :

“YAJNA SISHTASINAH SANTO, MUCHYANTE SARVA KILBISHAIH, BHUNJATE TE TV AGHAM PAPA, YE PACHANTY ATMA KARANAT”

Artinya :

“Yang baik makan setelah upacara bakti, akan terlepas dari segala dosa, tetapi menyediakan makanan lezat hanya bagi diri sendiri, mereka ini sesungguhnya makan dosa.”

***

Makna dan Tujuan Mesaiban

Yadnya sesa atau mebanten saiban merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri. Pelaksanaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini.
Tujuannya mesaiban yaitu sebagai wujud syukur atas apa yang di berikan Hyang Widhi kepada kita. Sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa. Tidak saja kita menghubungkan diri dengan Tuhan, juga dengan manifestasi-Nya dan makhluk ciptaan-Nya termasuk alam beserta dengan isinya.
***

Sarana Banten Saiban

Banten saiban adalah persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya banten saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi , garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu, tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.
Yadnya Sesa (Mesaiban) yang sempurna adalah dihaturkan lalu dipercikkan air bersih dan disertai dupa menyala sebagai saksi dari persembahan itu. Namun yang sederhana bisa dilakukan tanpa memercikkan air dan menyalakan dupa, karena wujud yadnya sesa itu sendiri dibuat sangat sederhana.
***

Tempat Menghaturkan Saiban

Ada 5 (lima) tempat penting yang dihaturkan Yadnya Sesa (Mesaiban), sebagai simbol dari Panca Maha Bhuta:
1. Pertiwi (tanah),biasanya ditempatkan pada pintu keluar rumah atau pintu halaman.

2. Apah (Air), ditempatkan pada sumur atau tempat air.

3. Teja (Api), ditempatkan di dapur, pada tempat memasak(tungku) atau kompor.

4. Bayu, ditempatkan pada beras,bisa juga ditempat nasi.

5. Akasa, ditempatkan pada tempat sembahyang(pelangkiran,pelinggih dll).
Tempat-tempat melakukan saiban jika menurut Manawa Dharmasastra adalah: Sanggah Pamerajan, dapur, jeding tempat air minum di dapur, batu asahan, lesung, dan sapu.
Kelima tempat terakhir ini disebut sebagai tempat di mana keluarga melakukan Himsa Karma setiap hari, karena secara tidak sengaja telah melakukan pembunuhan binatang dan tetumbuhan di tempat-tempat itu.
Didalam Kitab Manawa Dharma Sastra Adhyaya III 69 dan 75 dinyatakan: Dosa-dosa yang kita lakukan saat mempersiapkan hidangan sehari-hari itu bisa dihapuskan dengan melakukan nyadnya sesa.
***

Doa-doa dalam Yadnya Sesa (Doa Mesaiban)

Yadnya Sesa yang ditujukan kepada Hyang Widhi melalui Istadewata(ditempat air,dapur,beras/tempat nasi dan pelinggih/pelangkiran doanya adalah:
“OM ATMA TAT TWATMA SUDHAMAM SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA DEWA SUKHA PRADHANA YA NAMAH SWAHA.”
Artinya:

“Om Hyang Widhi, sebagai paramatma daripada atma semoga berbahagia semua ciptaan-Mu yang berwujud Dewa.”
Yadnya Sesa yang ditujukan kepada simbol-simbol Hyang Widhi yang bersifat bhuta, Yaitu Yadnya Sesa yang ditempatkan pada pertiwi/tanah doanya:
“OM ATMA TAT TWATMA SUDHAMAM SWAHA, SWASTI SWASTI SARWA BHUTA,KALA,DURGHA SUKHA PRADANA YA NAMAH SWAHA.”
Artinya: 

“Om Sang Hyang Widhi, Engkaulah paramatma daripada atma, semoga berbahagia semua ciptaan-Mu yang berwujud bhuta,kala dan durgha.”
Jadi pada kesimpulannya sebuah tradisi Hindu di Bali yaitu mesaiban/mejotan merupakan sebuah tradisi yang menghaturkan atau membersembahkan apa yang dimasak atau disajikan untuk makan dipagi hari kepada Tuhan beserta manifestasi-Nya terlebih dahulu  dan barulah sisanya kita yang memakannya . Semua sebagai wujud syukur kita kepada Tuhan dan menebus dosa atas dosa membunuh hewan dan tumbuhan yang diolah menjadi makanan.

Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om

dari berbagai sumber. CMIIW.

Tumpek Landep: Makna dan Tujuannya

Om Swastyastu,

Tumpěk Landěp dirayakan setiap Saniścara Kliwon Wuku Landěp. Tumpěk Landěp adalah tumpek yang pertama dalam satu siklus pawukon dirayakan setiap 210 hari sekali. Pada Tumpek Landěp adalah pemujaan Sang Hyang Pasupati, dan juga sebagai pujawali Batara Siwa.

Dalam lontar Sundarigama disebutkan:

“…Kunang ring wara landěp, saniścara kliwon pūjawalin bhatara śiwa, miwah yoganira Sanghyang Paśupati….kalinganya rikang wwang, apaśupati landěp ing iděp, samangkana lěkasakna sarwa mantra wiśesa, danurdhara, uncarakna ring bhusananing papěrangan kunang, minta kasidhyan ring Sanghyang Paśupati…”. (artinya pada wuku landěp yaitu Saniscara Kliwon wuku Landěp merupakan hari suci bhatara Śiwa dan Sanghyang Paśupati…adapun untuk manusia selalu mengasah pikiran menjadi tajam, demikian juga merapalkan mantra-mantra mujarab, untuk senjata panah, pada bhusana perang, mohon anugrah keberhasilan kepada Sanghyang Paśupati)

Tumpěk Landěp memuliakan Teknologi.

Tumpěk Landěp merupakan hari peringatan untuk memohon keselamatan kehadapan Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sanghyang Paśupati. Tumpěk Landěp merupakan momentum umat Hindu di Bali sebagai pernyataan syukur dan menghargai keberadaan teknologi (terbuat dari besi, logam, perak, emas dan sejenisnya), karena telah membantu manusia dalam menjalani hidup dan penghidupannya. Teknologi membuat manusia bisa menaklukkan berbagai kesulitan-kesulitan dalam hidup dan menempatkan manusia meningkatkan taraf kehidupannya.

Tumpěk Landěp juga sebagai wujud puji syukur umat Hindu kehadapan Sang Hyang Widhi yang telah memberikan pengetahuan dan kemampuan merancang teknologi canggih sehingga tercipta benda-benda yang dapat membantu sekaligus mempermudah kehidupan manusia. Ungkapan terima kasih dan pengharapan umat Hindu agar segala benda yang telah membantu aktivitas manusia diberkahi sehingga dapat memberikan manfaat bagi kebahagiaan umat manusia.

Makna Perayaan Tumpěk Landěp

Kata landěp memiliki pengertian lancip, runcing, tajam atau ketajaman. Secara harfiah diartikan senjata tajam seperti tombak dan keris. Benda-benda tersebut berfungsi sebagai senjata untuk menegakkan kebenaran. Oleh karena itu benda-benda tersebut diupacarai. Namun dalam konteks kekinian dan kedisinian, senjata lancip itu telah meluas, tak hanya keris dan tombak, juga benda-benda hasil cipta karsa manusia yang dapat mempermudah hidup seperti sepeda motor, mobil, mesin, computer, laptop dan sebagainya. Benda-benda itulah yang diupacarai, namun umat Hindu bukanlah menyembah benda-benda teknologi tersebut, tetapi memohon kepada Sanghyang Paśupati yang telah menganugerahkan kekuatan pada benda tersebut sehingga dapat bermanfaat dan mempermudah hidup.

Makna ke dalam Tumpěk Landěp merupakan tonggak penajaman pikiran (landeping idep). Penyadaran kepada manusia mengenai instrumen terpenting dalam kehidupan ini adalah idep (daya pikir). Kemampuan berpikir (idep) inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk termulia dibandingkan tumbuhan dan hewan. Sepatutnya manusia tiada henti-hentinya mengasah ketajaman pikirannya sehingga tercapai kecemerlangan budhi. Dengan kecemerlangan budhi akan mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Perayaan Tumpěk Landěp adalah mengucapkan puji syukur kepada Sanghyang Paśupati yang telah menganugrahi kecerdasan dan ketajaman pikiran kepada manusia. Senjata yang paling utama dalam kehidupan ini adalah pikiran, karena pikiranlah yang mengendalikan semuanya yang ada. Semua yang baik dan yang buruk dimulai dari pikiran. Pikiran melahirkan daya cipta rasa dan karsa manusia dalam menciptakan sesuatu yang dapat mempermudah kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan.

Tumpěk Landěp tak berdiri sendiri-hampir semua hari-hari suci umat Hindu saling berkaitan. Tumpěk Landěp merupakan rentetan setelah hari raya Saraswati. Hari suci Saraswati dimaknai sebagai hari pemuliaan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan membuat manusia bisa mencapai kecerdasan, ketajaman logika juga kebijaksanaan. Selanjutnya Pagěrwěsi bermakna membentengi diri dari pengaruh negatif agar ilmu pengetahuan bermanfaat dalam mensejahtrakan diri sendiri dan masyarakat.

Tumpěk Landěp sepuluh hari setelah Saraswati adalah simbol untuk pemantapan ilmu pengetahuan untuk memperbaiki kwalitas diri maupun pengamalan diri. Ilmu Pengetahuan itu harus dikukuhkan, dipasupati, agar runcing sehingga bisa dimanfaatkan untuk menuntun dan membedah segala masalah manusia dalam kehidupan di dunia.

Begitu tingginya filosofi umat Hindu di Bali dalam memaknai segala sesuatu yang ada di dalam kehidupannya. Ini juga yang membuat Bali dikenal sangat unik dan eksotis bagi orang-orang yang pernah mengunjunginya. Hendaknya teologi dan budaya nusantara seperti inilah yang sepatutnya di lestarikan sebagai bentuk warisan para leluhur, yang menunujukkan jati diri dan karakter Bali di tanah Nusantara.

Om ā no bhadrah kratavo yantu viśvatah (Semoga segala pikiran yang baik datang dari segala penjuru).

Om śāntih śāntih śāntih Om. (Made Surada- Dosen IHDN Denpasar)

Dasar Bali

Balinese culture, tradition, tourism and book

ST Kawula Wisuda

Sekaa teruna-teruni Banjar adat Kulub. Tampaksiring, Gianyar-Bali.

WP SHOP COLLECTION

Belanja Murah Terjamin & Berkualitas, Disini Tempatnya!!!

desak14cemplok

Serasa hidup kembali

...blog nak belog...

...catatan harian seorang manusia biasa...

Nyoman Djinar Setiawina

Sakiti diri sendiri sebelum menyakiti orang lain. Pengenalan terhadap diri sendiri awal daripada pengembangan pengetahuan.

Dharmavada

Pembawa Pesan Kebajikan & Kebenaran

CORETAN

Luapan Pikiran Tertulis Dalam Kertas

Baliaga

menggali jati diri orang Bali

INDONESIA EX-MUSLIM FORUM

Telling the truth about Muhammad and Islam

Puisi dan Cerpen Bali

Kumpulan-kumpulan puisi dan cerpen bahasa Bali karya I Wayan Kertayasa

perskanaka

LPM KANAKA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA

IMBASADI

Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia

FACETRICK's MP3 BALI

BANYAK CARA DENGAN TRICK

Indonesia Proud

Bangunlah Jiwanya...Bangunlah Badannya...Untuk Indonesia Raya!

Media Kanak Dusun

Istiqomah Dalam Bekarya Menuju Kemandirian

Different kind of Mahabharata

Another stories behind the epic

nakbaliblog

Jadilah Apa Yang Kita Suka, Bikinlah Apa Yang Kita Suka, Jalanilah Apa Yang Kita Suka

Artikel Ajaran Agama Hindu

Artikel Agama Hindu, Ajaran atau Pelajaran Tentang Agama Hindu