REFLEKSI PLURALISME HINDU DALAM UTSAWA DHARMA GITA (UDG)
Juni 28, 2012 1 Komentar
REFLEKSI PLURALISME HINDU
DALAM UTSAWA DHARMA GITA (UDG)[1]
Oleh :
Dr. Made Widiada Gunakaya. SA, SH, MH.[2]
A. Pendahuluan
Dharma gita relevansinya sangat signifikan dalam rangka pembinaan umat Hindu secara semultan menjadi tanggungjawab bersama, terutama para pengurus Parisada Pusat maupun daerah serta Pemerintah dalam hal ini Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI. Oleh karena itu Dharma Gita memang sudah seharusnya terus menerus diprogramkan dan disosialisasikan untuk tujuan peningkatan sradha-bhakti umat dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu modus operandi untuk mensosialisasikan Dharma Gita adalah dengan menyelenggarakan kegiatan Utsawa Dharma Gita (UDG).
Namun perlu disadari, bahwa UDG bukanlah menjadi tujuan utama agama Hindu maupun manusia (umat) Hindu. UDG hanyalah sebagai sarana sosialisasi kepada umat Hindu maupun non Hindu, bahwa di dalam agama Hindu terdapat dharma gita yang setiap saat dapat dilantunkan sebagai tanda bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Di dalam Bhagavata Purana (VII.5.23) disebutkan ada 9 bentuk bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, satu di antaranya adalah Kirtanam, yakni mengucapkan atau menyanyikan sloka-sloka suci atau nama-nama Tuhan YME.
Disamping berfungsi sebagai sarana sosialsisasi, UDG juga diharapkan akan dapat menimbulkan spirit bagi umat Hindu, khususnya yang mengikuti UDG tersebut agar lebih memahami, menghayati dengan sebenar-benarnya, dan pada akhirnya akan dapat mengamalkan sebaik-baiknya ajaran-ajaran yang terdapat di dalam dharma gita tersebut yang bersumber dari sloka Veda maupun dari susastra Veda. Jika semua itu telah ter-internalized dan teraplikasi dengan baik, maka catur purusa artha sebagai tujuan manusia Hindu serta moksartam jagad hita ya ca ithi dharma sebagai tujuan agama Hindu akan dapat direalisasikan. Baca pos ini lebih lanjut