BHAKTI SANG HANUMAN

(dikutip dari epos besar Ramayana)

Hanuman

Saat itu, setelah penobatan Vibhisana sebagai maharaja dan kota Lengka sudah diganti namanya menjadi Srilanka, semua pasukan Sri Rama telah kembali ke Ayodhya. Sri Rama bersama Dewi Sita dan Laksmana mengendarai kereta terbang bernama Manipuspaka, yang merupakan hadiah dari Dewa Kuvera.

Setibanya di kraton Ayodhya, segera itu dilaksanakan upacara Abhivandana, yakni upacara syukuran atas kejayaan Sri Rama berhasil menundukkan Rawana. Pada persidangan agung yang mulia dihadiri oleh seluruh petinggi kerajaan, Sri Rama membagi-bagikan berbagai hadiah kepada siapa saja yang pernah berjasa dalam memenangkan perang untuk merebut kembali Dewi Sita.

Setelah setiap pejabat tinggi mendapatkan hadiah, selanjutnya dipanggillah Hanuman untuk menerima hadiah dari Sri Rama. Saat itu Hanuman tampil berdatang sembah, dengan sangat hormat dia menyatakan tidak bersedia lagi menerima hadiah. Alasan Hanuman, dengan Sri Rama mengijinkan dirinya sebagai abdi sang Purna Avatara, dirinya sudah mendapat hadiah yang tiada taranya, sebab siapa saja yang dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, para Dewa atau Avatara-Nya, seseorang menikmati kebahagiaan yang sejati.

Terhadap penolakan Hanuman ini, Sri Rama dan Dewi Sita kembali mendesak Hanuman untuk bersedia menerima hadiah sebagai kenang-kenangan atas keberhasilan di medan perang. Demikian pula keberhasilan Hanuman sebagai Duta serta keberanian dan kekuatan Hanuman mendapat pujian dari segenap yang hadir. Hanuman tidak menjawab. Saat itu Dewi Sita berbisik kepada suaminya, untuk mengijinkan kalung mutiara hadiah Prabhu Janaka, ayahanda Dewi Sita untuk diberikan kepada Hanuman. Sri Rama pun menyetujuinya, walaupun kalung mutiara itu memiliki arti yang istimewa bagi Sri Rama dan Sita, karena dihadiahkan saat Sri Rama berhasil mematahkan busur milik dewa Siva dalam sayembara dan berhasil memenangkan serta mempersunting Dewi Sita sebagai istrinya.

Saat Hanuman tertunduk, Sri Rama pun langsung membuka kalung Dewi Sita dan tampil ke depan menyerahkannya kepada Hanuman. Hanuman seperti terpaksa menerima hadiah tersebut. Hanuman merasa malu, seorang yang telah lama diterima sebagai abdi harus menerima hadiah, bukankah hal ini salah satu wujud kerakusan? Setelah Hanuman menerima hadiah tersebut, satu-persatu butiran mutiara itu diperhatikan oleh Hanuman, maksudnya untuk menemukan gambar Sri Rama dan Sita pada biji-biji mutiara tersebut. Ia pun tidak menemukan hal itu, tanpa disadari ia menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian menggigit rangkaian mutiara itu dan melemparkannya ke tanah.

Hadirin tercengang dan gemas menyaksikan kejadian itu. Panglima Sugriva sangat marah dan membentak Hanuman. “Hai Hanuman, engkau kera hina tidak tau diri, kelakuanmu itu memalukan, ku hancurkan wajahmu! Kau telah hina persidangan yang agung ini.” Ia berdiri tegak sambil mengepalkan tangan hendak memukul Hanuman. Bila saja tidak di depan persidangan yang mulia itu, Sugriva sudah pasti menempeleng muka Hanuman, Sugriva sangat geram, tubuhnya gemetar menahan marah.

Pada saat yang menegangkan itu , Sri Rama dan Sita tersenyum dan memandang Sugriva yang sedang marah. Demikian tatapan Sri Rama dan Sita menyapu wajah Sugriva lenyap. Sri Rama dan Sita benar-benar mengalirkan pancaran kasih yang tiada taranya.

Selanjutnya Sri Rama mendatangi Hanuman dan menepuk bahunya : “Engkau seperti anak kecil, mengapa lakukan hal itu?”

“Maaf tuan Sri Rama dan ibu Dewi Sita, hamba telah mengecewakan persidangan yang mulia ini. Memang hamba seekor kera yang hina, tetapi hamba kira diri hamba tidak lebih rendah dari seorang manusia. Bagi hamba dengan diijinkan sebagai abdi, hamba sudah bahagia, karena ketika hamba dekat dengan tuan dan ibu sebagai perwujudan Avatara Tuhan Yang Maha Esa dan Dewi Laksmi, saat itu pula kebahagiaan tiada taranya hamba peroleh dari tuan. Bukankah dengan pemberian hadiah ini, hamba menunjukkan kerakusan hamba?”.

Sri Rama kembali menepuk bahu Hanuman. “Tidak! Engkau tidak rakus, lalu apa yang kau minta Hanuman? Katakanlah, jangan seperti anak kecil.”

“Baiklah tuan dan ibu Dewi Sita, bila hamba boleh meminta lagi , ijinkanlah hamba senantiasa dekat, tidak saja secara jasmaniah, tetapi tuan dan ibu Dewi Sita hendaknya selalu berada di hati kami. Untuk itu, sudikah tuan Sri Rama dan Ibu Dewi Sita untuk bersthana pada jantung hati kami. Pada singasana bunga hati kami. Bila tuan dan ibu Dewi Sita berkenan bersthana, maka itulah hadiah yang hamba senantiasa mohon.”

Sri Rama selanjutnya berdiri tegak dan bersabda : “Hai Hanuman dan hadirin yang trcinta dan supaya di dengar pula oleh seluruh jagat raya. Siapa saja yang maju satu langkah menghadap Aku dan mau mendekatkan dirinya serta membuka pintu hatinya. Aku akan datang sepuluh langkah mendekati mereka, masuk ke dalam hatinya dan memberikan kebahagiaan yang sejati tiada taranya!”.

Mendengar sabda Sri Rama demikian merdu dan menggetarkan alam semesta, Hanuman dengan mencium kaki Sri Rama terlebih dahulu, kemudian menegakkan dadanya. Dengan kekuatan “Bayubadjra” bagaikan kekuatan petir, tiba-tiba dengan kukunya yang tajam ia menoreh dadanya, dan dengan tenaganya yang dahsyat, tiba-tiba ia merobek dadanya, darah menyembur dan berhamburan ke berbagai arah. Saat itu pula Sri Rama dan Dewi Sita hilang dari singgasana kencananya yang indah. Suasana menjadi hening dan terdengar mantra-mantra para dewa dan rsi-rsi sorga dengan taburan bunga harum semerbak, nampaklah cahaya gemerlapan pada dada Hanuman yang menganga lebar.

Pada cahaya itu kemudian nampak sebuah singasana emas di atas padma hati Hanuman. Ketika itu kelihatan Sri Rama dan Dewi Sita duduk melambaikan tangan dengan sikap Abhaya dan Varamudra, yaitu sikap tangan menjauhkan serta menolak bencana dan dan memberi hadiah. Hadirin mengucapkan Jaya-jaya Sri Rama, Jaya-jaya Dewi Sita. Setelah suasana hening kembali. Hanuman pun menutup dadanya, tidak nampak ada luka dan tiba-tiba Sri Rama dan Dewi Sita sudah kembali bersthana pada singasana kencana di depan persidangan.

Demikian petikan singkat dari cerita Ramayana yang memberikan pendidikan secara simbolis, bila di hati kita sudah bersthana Sang Avatara, para dewa manifestasi Tuhan Yang Maha Esa , maka niscaya kebahagiaan akan selalu berada dalam diri kita. Berbagai upacara termasuk piodalan dan lain-lain mengandung makna untuk mendekatkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan mendekatkan diri, maka Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud-Nya sebagai Anandarupa, yakni kebahagiaan yang sejati akan turun dan memberikan kebahagiaan yang tak terhingga kepada kita.

Demikian cerita tentang bhakti yang sejati adalah sesungguhnya pelayanan kepada-Nya.

Sumber : Titib, I Made. 2003. Tri Sandhya, Sembahyang dan Berdoa. Surabaya : Paramita (Hal. 15-20).

Tentang blijul
Orang yang simpel dan sederhana. Suka tantangan dan suka menulis dari berbagi tulisan yang sekiranya menarik. Saya orang yang apa adanya. Lebih suka menggali diri sendiri dan keyakinan sendiri, tanpa bermaksud melukai orang lain. Jangan tersinggung dengan apa yang saya buat. Jika tak berkenan, jangan mampir ya.

One Response to BHAKTI SANG HANUMAN

  1. Ping-balik: ARJUNA PRAMADA (1) | pandejuliana

Tinggalkan komentar

Dasar Bali

Balinese culture, tradition, tourism and book

ST Kawula Wisuda

Sekaa teruna-teruni Banjar adat Kulub. Tampaksiring, Gianyar-Bali.

WP SHOP COLLECTION

Belanja Murah Terjamin & Berkualitas, Disini Tempatnya!!!

desak14cemplok

Serasa hidup kembali

...blog nak belog...

...catatan harian seorang manusia biasa...

Nyoman Djinar Setiawina

Sakiti diri sendiri sebelum menyakiti orang lain. Pengenalan terhadap diri sendiri awal daripada pengembangan pengetahuan.

Dharmavada

Pembawa Pesan Kebajikan & Kebenaran

CORETAN

Luapan Pikiran Tertulis Dalam Kertas

Baliaga

menggali jati diri orang Bali

INDONESIA EX-MUSLIM FORUM

Telling the truth about Muhammad and Islam

Puisi dan Cerpen Bali

Kumpulan-kumpulan puisi dan cerpen bahasa Bali karya I Wayan Kertayasa

perskanaka

LPM KANAKA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA

IMBASADI

Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia

FACETRICK's MP3 BALI

BANYAK CARA DENGAN TRICK

Indonesia Proud

Bangunlah Jiwanya...Bangunlah Badannya...Untuk Indonesia Raya!

Media Kanak Dusun

Istiqomah Dalam Bekarya Menuju Kemandirian

Different kind of Mahabharata

Another stories behind the epic

nakbaliblog

Jadilah Apa Yang Kita Suka, Bikinlah Apa Yang Kita Suka, Jalanilah Apa Yang Kita Suka

Artikel Ajaran Agama Hindu

Artikel Agama Hindu, Ajaran atau Pelajaran Tentang Agama Hindu