Menemukan Tuhan

Belakangan, banyak sekali orang mengaku-ngaku membela agama, membela Tuhan. Ini begini, itu begitu. Dengan pongah, Pangkah, Corah memukul dada bak paling suci dan benar akan pemikiran dan ucapannya. 

Lalu, hati saya pun tergugat akan kecongkakan orang yang mengaku-ngaku ini. Apa benar orang dengan kualitas seperti ini bisa menemukan surga kelak? Apa benar orang seperti ini bisa dekat dengan Tuhan? 

Ah, pikiran itu membuat saya kadang merasa iri dengan keyakinan orang-orang ini. Begitu mudahnya ia berceloteh mengatasnamakan agama, Tuhan dan lain-lain. Tapi, kembali hati ini memancing pikiran saya untuk introspeksi diri. Benarkah Tuhan memperlihatkan diri, mengasihi, menyenangi kualitas manusia yang seperti itu? Yang bisanya koar-koar membela dirinya dan kelompok tertentu? benarkah Tuhan hanya sayang dengan manusia seperti ini?

Lalu hati saya menjawab, Ya itu baginya! Ya begitulah keyakinannya. Tapi itu hanya baru sampai pada keyakinannya sendiri. Belum tentu Tuhan sepaham dengannya. Ahh sudahlah!

Untuk diri saya sendiri, yang saya yakini atas dasar kepercayaan saya sendiri sebagai seorang Hindu untuk bisa menghadirkan Tuhan pada diri, saya teringat akan sebuah bait Kekawin wirama Totaka. Seperti ini.

“Sasi wimba haneng gata, mesi banyu.

“Seperti bayangan bulan yang terlihat pada jun ( tempat air ), yang berisi air”.

Ndanasing suci nirmala, mesi Wulan.

“Tetapi hanya pada air yang bersih tanpa kotoran saja bayangan bulan itu akan nampak”.

Iwa mangkana, rakwa kiteng kadadin.

“ Seperti itulah Tuhan dalam kehidupan ini”.

Ringangambeki yoga, kiteng sekala.

“ Hanya pada manusia yang taat melaksanakan yoga Tuhan itu akan menunjukkan diriNya secara nyata.

Ya, dengan memahami ini, mungkin kamu yang baca juga akan mengerti arah pikiran saya. Kualitas orang seperti apa yang bisa menemukan Tuhan, Selamat merenung. Tabik.

Sasana Kepemangkuan

SASANA: ETIKA DAN TUGAS PEMANGKU

Pendahuluan

Bila kita perhatikan kegiatan keagamaan di Bali tidak lepas di dalamnya terkandung suatu ajaran mengenai etika, susila, upakara dan tampaknya aktivitas upakara dan upacara yang sangat mendominasi aktivitas kegiatan sehari-hari oleh umat Hindu di Bali. Dalam kegiatan tersebut diperlukan seorang yang diyakini mampu untuk memimpin upacara tersebut sesuai dengan tingkat upacara, untuk kegiatan tingkat upacara kecil dan menengah diperlukan seorang pemangku untuk mengantar pelaksanaan suatu upacara.

Dibalik hal tersebut di atas sebenarnya pemangku juga sangat berperan penting di dalam menuntun umat dalam memahami ajaran agama Hindu, dimana di jaman global dan informasi, seorang pemangku dituntut untuk bisa mampu membina umat terutama kepada generasi muda yang merupakan generasi penerus dalam pengemban ajaran agama Hindu, sehingga para generasi muda betul-betul memahami agamanya sendiri dan tidak terjerumus terhadap hal-hal yang negatif. Seorang pemangku diharapkan dapat meningkatkan kualitas penghayatan serta pengamalan ajaran agama sehingga diperlukan pembekalan yang cukup bari para pemangku maupun calon pemangku. Baca pos ini lebih lanjut

Tata Cara Sudhi Wadani

A. Persyaratan Administrasi
Bagi seseorang yang akan melaksanakan upacara Sudhi Wadani, baik yang di lakukan oleh perorangan maupun kolektip (massal) diwajibkan terlebih dahulu memenuhi persyaratan administrasi, diantaranya :
1. Membuat surat pernyataan dengan tulus ikhlas untuk menganut agama Hindu, tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak lain.
2. Membuat surat permohonan kepada Parisadha Hindu dharma Indonesia setempat atau lembaga adat untuk pensuddhian.
3. Pas photo hitam putih ukuran 3x4cm sebanyak 2 lembar foto copy Kartu Tanda Penduduk.

4. Adanya saksi-saksi dalam pelaksanaan upacara Suddhi Wadani. Perlu diketahui dalam pelaksanaan upacara Suddhi Wadani tidak di tentukan batas umur bagi calon yang akan disudhikan karena upacara ini bersifat sebagai penyucian lahir bathin seseorang dan sebelum diatur persyaratan administrasi seperti tersebut tadi yang mana pelaksanaannya hanya dengan upakara dan disaksikan oleh masyarakat lingkungan.
Baca pos ini lebih lanjut

Tumpek Landep Kearifan Lokal Umat Hindu Etnis Bali “Memanfaatkan Teknologi Untuk Kemanusiaan”

Oleh : Ni Kadek P. Noviasih

(Staf Bimas Hindu Kemenag R.I. Sulawesi Utara)

Pada hari ini, umat Hindu (khususnya etnis Bali) membuat sesajen khusus yang dipersembahkan kepada Sang Hyang Pasupati, Dewa penguasa dan pencipta pengetahuan tentang teknologi. Tradisi ini merupakan wujud kearifan lokal umat Hindu dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi yang semakin canggih dengan penguatan nilai-nilai humaniora, membangun nilai kemanusiaan sehingga terjamin keberlangsungan hidup semua mahluk di alam semesta ini.

Hari Tumpek Landep merupakan momentum umat Hindu untuk membersihkan atau merawat kendaraan kemudian dilanjutkan dengan menghaturkan sesaji di tempat suci dan kendaraannya masing-masing. Hal ini menjadi cukup istimewa bagi sebagian orang. Keistimewaan itu bisa dilihat dari kendaraan baik motor maupun mobil tampil beda dengan hari-hari biasa. Selain tampak lebih bersih, di bagian depan mobil diberi sesajen dan hiasan khusus terbuat dari rangkaian janur yang disebut ceniga, sampian gantung, tamiang dan kolem. Tak hanya kendaraan, bahkan hampir semua benda-benda teknologipun diberi suguhan sesajen atau bebanten dan dihias sedemikian rupa dengan kain warna-warni atau diisi berbagai bentuk reringgitan (hiasan terbuat dari janur). Baca pos ini lebih lanjut

Peran Pemangku dalam Yadnya

jero mangku

jero mangku

Agama Hindu dikenal sebagai agama yang sangat luwes. Keluwesan itu salah satunya tercermin dari kegiatan ritualnya atau yadnya dan berbagai tradisi yang muncul di masing-masing daerah di mana komunitas Hindu berada. Berbagai tradisi yang muncul dibiarkan mengalir karena secara langsung tradisi tersebut memperkaya nilai-nilai ritual agama Hindu itu sendiri.

Yadnya merupakan salah satu bagian dari kehidupan masyarakat Bali yang notabene mayoritas beragama Hindu. Maraknya masyarakat Hindu dalam melaksanakan upacara yadnya dewasa ini menunjukkan kesadaran masyarakat dalam beryadnya makin tinggi ditengah-tengah perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun disisi lain muncul suatu permasalahan apakah setiap masyarakat mengetahui makna dari setiap sarana banten dalam upacara yadnya yang dilaksanakannya? Siapakah yang memegang peranan penting dalam memberikan penjelasan/penerangan kepada umat tentang makna dari setiap sarana banten yang dipersiapkan untuk suatu upacara? Baca pos ini lebih lanjut

Tentang Salah Pati dan Ngulah Pati

Landasan.

Berdasarkan hasil pesamuhan Agung Para Sulinggih dan Walaka di Campuhan Ubud, tertanggal 21 Oktober 1961 yang telah memutuskan bagi orang mati salah pati dan ngulah pati di upacarai seperti orang mati benar dan ditambah dengan penebusan serta diupacarai di setra atau tunon.

Pengertian Salah Pati dan Ngulah Pati.

  • Salah Pati adalah mati yang tak terduga-duga atau yang tidak dikehendaki (karena bencana alam atau kecelakaan di jalan).
  • Ngulah Pati adalah mati karena sesat, yang mengambil jalan pintas, serta sengaja dikehendaki, yang sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran agama Hindu. Baca pos ini lebih lanjut

Tumpek Kandang – Kasih Sayang Pada Binatang

Perayaan Tumpek Kandang

Tumpek Uye disebut juga Tumpek Wewalungan/Oton Wewalungan atau Tumpek Kandang, yaitu hari selamatan binatang-binatang piaraan (binatang yang dikandangkan) atau binatang ternak (wewalungan).

Di dalam hari-hari suci agama Hindu di Bali terdapat enam jenis hari suci Tumpek, yaitu Tumpek Uye (Tumpek Kandang) yaitu upacara selamatan untuk binatang; Tumpek Bubuh atau Tumpek Wariga yakni upacara selamatan untuk tumbuh-tumbuhan; Tumpek Landep yakni selamatan untuk senjata (yang terkait dengan piranti yang tajam); Tumpek Kuningan, selamatan untuk gamelan; Tumpek Wayang selamatan untuk wayang; dan Tumpek Krulut selamatan untuk unggas. Umumnya upacara selamatan untuk unggas ini digabungkan pada hari Tumpak Uye. Baca pos ini lebih lanjut

Hindu Aku Kembali (Sebuah Cerita)

Berikut saya ingin berbagi tentang sebuah cerita yang sangat menarik untuk dibaca, sebuah cerita perjalanan saudara kita yang kembali ke jalan Dharma. Cerita ini saya ambil dari sebuah web “Menjadi Hindu Yang Universal Berlandaskan Veda“, semoga dari cerita ini dapat membuka mata bhatin kita semua, bahwa menjalankan sebuah keyakinan tidak hanya cukup dengan mempercayai atau menjalankan dogma agama saja, namun perlu logika untuk memahami apa itu benar atau salah. Seperti kita memakan makanan, jangan lah langsung memakan makanan yang dihidangkan untuk kita, lihat dulu isi makanannya! Sehat gak? Buat kita kolesterol gak? Ada lalatnya gak? nasinya kutuan apa enggak? Sambelnya banyak gak? dan banyak hal yang perlu dipertimbangkan, jangan asal makan! Nah, seperti itu bayangannya. Baik langsung saja ke cerita dari Mbak Agustin Rike Yuani berikut kita simak, judulnya “Hindu Aku Kembali

Om Swastyastu

Masih terlintas ketidakpercayaanku akan keyakinan yang aku jalani sekarang ini (hindu). Karena sejak kecil aku sama sekali tidak dibekali ajaran leluhur (hindu) karena semua keluargaku beragama islam. 20 tahun perjalanan hidupku menjadi seorang muslim (Agama pemberian orang tuaku). Sampai memasuki umur 21 tahun akhirnya aku benar-benar mendapat suatu petunjuk untuk meyakini bahwa hindu adalah jalan hidupku.
Sejak kecil diriku sudah dikenalkan dengan lingkungan yang mayoritas muslim tepatnya di Desa Kandangan Kediri Jatim. Apalagi rumahku tepat bedampingan dengan mushola. Daerahku juga dekat dengan area religius, pondok pesantren aliran NU (Nadhatul Ulama). Jadi tanpa ada rasa janggal ataupun aneh, karena aku sudah terbiasa dengan lingkungan tersebut.

Aku dibesarkan dari 3 bersaudara. Kakakku perempuan sedangkan adikku laki-laki. Aku anak nomor 2 dari 3 bersaudara. Aku dan kakakku selisih 3 tahun sedangkan dengan adikku, aku selisih 4 tahun. Orang tuaku menganggap aku adalah anak yang paling manja dari saudaraku yang lain. Aku terbiasa hidup bersama kedua orang tuaku, memang sejak kecil aku yang paling dapat perhatian lebih di banding saudaraku yang lain. Mungkin bertepatan orang tuaku tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Kakakku lebih dekat dengan nenekku, sedangkan adikku terbiasa dekat dengan budhe ku. Jadi ke-2 saudaraku lebih bisa mandiri dibandingkan aku. Aku begitu sangat dekat dengan orang tuaku. Mungkin dari situlah kepribadianku sedikit demi sedikit terbentuk menjadi anak yang manja. Serasa ingin diperhatikan dan sangat sensitif. 

Pemberdayaan Ekonomi Umat Hindu : “Tingkatkan Kreativitas dan Karya Untuk Mendorong Terciptanya Pembangunan Ekonomi Di Masyarakat”

Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama R.I. melalui Subdit Pemberdayaan Umat Direktorat Urusan Agama Hindu tanggal 29 Oktober s.d. 1 Nopember 2012 lalu menyelenggarakan kegiatan Orientasi Pemberdayaan Ekonomi Umat Hindu. Kegiatan yang dibuka oleh Dirjen Bimas Hindu ini dilaksanakan di hotel Soechi, Jl. Cirebon No. 76 A, Medan-Sumatera Utara.

Bapak Dirjen Bimas Hindu, Prof. Dr. IBG. Yudha Triguna, MS. membuka kegiatan ini, Senin 29 Oktober 2012 didampingi oleh Kakanwil Kemenag Prov. Sumatra Utara, Drs. H. Abd. Rahim, M.Hum. dan Direktur Urusan Agama Hindu, I Ketut Lancar, S.E.,M.Si. Dalam sambutannya, Dirjen Bimas Hindu mengharapkan maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan ini agar betul-betul tercapai. “Peserta dan narasumber menggali dan menghimpun perumusan sehingga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi para Pengelola tempat ibadah, Pura, Kuil, Sanggara dan Umat Hindu pada umumnya,” katanya. Baca pos ini lebih lanjut

Drs. Ida Bagus Gede Subawa, M.Si. Dilantik Sebagai Direktur Pendidikan Hindu

Direktur Pendidikan Agama Hindu, Drs. Ida Bagus Gede Subawa, M.Si. (kiri) usai dilantik didampingi Direktur Urusan Agama Hindu, I Ketut Lancar, SE.,M.Si. (kanan-jaket hitam)

Kamis, 11 Oktober 2012 lalu Menteri Agama, Surya Dharma Ali melantik dan merotasi sejumlah pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan Kementerian Agama R.I. Pelantikan dilakukan di Ruang Sidang Utama, Gedung Kementerian Agaman R.I., Jl. M.H. Thamrin No. 6, Jakarta.

Pejabat Eselon I yang pada hari itu dilantik yaitu Prof. Dr. H. Machasin, MA sebagai Staf Ahli Menteri Agama Bidang Hukum dan HAM. “Di samping sebagai staf ahli, saya juga menunjuk Machasin sebagai pelaksana tugas pada Badan Litbang dan Diklat,” tegas Menteri Agama, Suryadharma Ali dalam sambutan pelantikan.

Di dalam satker Ditjen Bimas Hindu juga mengalami rotasi pejabat eselon II, Drs. Ida Bagus Gede Subawa, M.Si. mantan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Badung, Bali diangkat dan dilantik sebagai Direktur Pendidikan Agama Hindu menggantikan Drs. I Made Sujana, M.Pd. yang dirotasi ke IHDN Denpasar. Baca pos ini lebih lanjut

Dasar Bali

Balinese culture, tradition, tourism and book

ST Kawula Wisuda

Sekaa teruna-teruni Banjar adat Kulub. Tampaksiring, Gianyar-Bali.

WP SHOP COLLECTION

Belanja Murah Terjamin & Berkualitas, Disini Tempatnya!!!

desak14cemplok

Serasa hidup kembali

...blog nak belog...

...catatan harian seorang manusia biasa...

Nyoman Djinar Setiawina

Sakiti diri sendiri sebelum menyakiti orang lain. Pengenalan terhadap diri sendiri awal daripada pengembangan pengetahuan.

Dharmavada

Pembawa Pesan Kebajikan & Kebenaran

CORETAN

Luapan Pikiran Tertulis Dalam Kertas

Baliaga

menggali jati diri orang Bali

INDONESIA EX-MUSLIM FORUM

Telling the truth about Muhammad and Islam

Puisi dan Cerpen Bali

Kumpulan-kumpulan puisi dan cerpen bahasa Bali karya I Wayan Kertayasa

perskanaka

LPM KANAKA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA

IMBASADI

Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia

FACETRICK's MP3 BALI

BANYAK CARA DENGAN TRICK

Indonesia Proud

Bangunlah Jiwanya...Bangunlah Badannya...Untuk Indonesia Raya!

Media Kanak Dusun

Istiqomah Dalam Bekarya Menuju Kemandirian

Different kind of Mahabharata

Another stories behind the epic

nakbaliblog

Jadilah Apa Yang Kita Suka, Bikinlah Apa Yang Kita Suka, Jalanilah Apa Yang Kita Suka

Artikel Ajaran Agama Hindu

Artikel Agama Hindu, Ajaran atau Pelajaran Tentang Agama Hindu